Berita tentang dunia islam kali ini kita kutip dari Dakwatuna.com, semoga informasinya bermanfaat.
Kelompok
D-8 yang dibentuk untuk forum ekonomi dibayang-bayangi oleh konflik Gaza dimana
para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan yang hadir menyerukan gencatan
senjata agar tidak jatuh korban lebih banyak lagi di kalangan rakyat Palestina,
demikian laporan wartawan ANTARA Akhmad Kusaeni yang mengikuti kunjungan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Pakistan.
Sejumlah
pimpinan Kelompok D-8 yang hadir selain Presiden Yudhoyono adalah Presiden Iran
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Mesir Mohamed Mursi, Perdana Menteri Turki Recep
Tayyip Erdogan, Presiden Nigeria Goodluck Jonathan, Wakil PM Malaysia Tan Sri
Muhyidin Yassin, dan tuan rumah Presiden Pakistan Asif Ali Zardari.
Kelompok
D-8 mencakup delapan negara berkembang yang memiliki mayoritas penduduk
beragama Islam yang berkeinginan mempererat kerja sama dalam berbagai bidang.
KTT kelompok negara dengan populasi penduduk sekitar satu miliar jiwa itu
dibuka Presiden Zardari di Istana Kepresidenan Pakistan.
Menteri
Luar Negeri Pakistan Hina Rabbani Khar mengutuk agresi Israel terhadap rakyat
Palestina di Jalur Gaza. Sedikitnya 136 orang Palestina tewas dalam pemboman
yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza.
“Orang-orang
tak bersalah dan teraniaya di Jalur Gaza menjadi doa dan keprihatinan kita.
Pakistan sekali lagi mengutuk agresi Israel terhadap warga Palestina,”
tegasnya.
Perdana
Menteri Turki Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan akan mendiskusikan isu Gaza
dan ketegangan di Suriah yang berbatasan dengan Turki di sela-sela pertemuan
D-8. Begitu juga Presiden Mesir Mohammad Mursi yang menjadi pemain kunci dalam
mendamaikan kelompok Hamas dan Israel.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar aksi kekerasan yang terjadi di Jalur
Gaza, Palestina, dihentikan agar korban jiwa tidak lagi berjatuhan.
“Pada
2008 dan 2009, korbannya ribuan,” kata Presiden di Phnom Penh, Kamboja, Rabu,
sebelum berangkat ke Islamabad, Pakistan.
Para
pengamat setempat mengatakan KTT D-8 merupakan peluang bagi Pakistan untuk
melakukan diplomasi demi mengakhiri reputasi negeri itu sebagai pusat terorisme
global.
“Pakistan
harus muncul sebagai salah satu pemain kunci di dunia Islam, namun isu yang
terjadi di Timur Tengah dikhawatirkan akan mendominasi KTT D-8,” kata pengamat
politik Talat Masood.
Krisis
antara Hamas dan Israel bisa menjadi topik panas yang mencuri panggung
konferensi, katanya.
Keamanan Ketat
Islamabad
jarang menjadi tuan rumah konferensi internasional terkait dengan kekerasan
Taliban dan Al-Qaeda menyusul serangan 9 September 2001.
Istana
Kepresidenan Pakistan tempat berlangsungnya KTT dan Hotel Marriott tempat
menginap para kepala Negara dan kepala pemerintahan dijaga sangat ketat.
Pengamanan diperketat karena KTT berlangsung dalam bulan Muharram, yaitu bulan
yang sering terjadi serangan sektarian di Pakistan.
Hampir
pada setiap 10 meter dijaga tentara bersenjata AK-47 dan sepanjang jalan penuh
dengan blok-blok penghalang jalan dan pos-pos pemeriksaan. Iring-iringan
delegasi Indonesia saat tiba di Bandara Benazir Bhutto dikawal helikopter yang
meraung-raung di udara. Di Hotel Marriott tempat menginap di atas bangunannya
ada rumah-rumah jaga monyet dengan “sniper” siap menembak.
Saat
berlangsungnya KTT dinyatakan sebagai hari libur dalam upaya pemerintah lebih
efektif memberikan pengamanan. Ribuan polisi dan paramiliter bersenjatakan
AK-47 atau M-16 dikerahkan di hampir semua pojok jalan, kata Kepala Polisi
Islamabad Bani Amin.
“Pakistan
ingin KTT bisa mendongkrak perdagangan dan investasi, memperkuat posisi
diplomasi, dan membantu menghilangkan kesalahpahaman tentang Pakistan oleh
media internasional,” kata Talat Masood. (A017/S024/Ruslan Burhani/Ant)
Sumber: http://www.dakwatuna.
0 comments:
Post a Comment