Friday, January 7, 2022

Pesan Kiayai : Belajar Lurus di Mana pun Berada

         

Disebuh pesantren yang cukup besar yang terletak di sudut kampong serta jauh dari keramain. Para santri dan santriwati yang telah menimba ilmu selama enam tahun di pesantren tersebut diintruksikan untuk berbaris di lapangan masjid pesantren. Sudah tibalah saatnya para santri dan satriwati akan keluar pesantren tersebut dan  mengaplikasikan ilmunya di masyarakat. Bak pendekar akan turun gunung, maka sebelum turun gunung, pak Kiayi pemilik pesantren itu berpesan pada seluruh santri dan santriwati.

“Wahai sekalian muridku, sekarang telah tiba saatnya kalian akan kami lepas dari didikan pesantren ini dan kalian akan terjun langsung dalam lingkungan masyarakat. Maka ingatlah baik – baik pesanku ini..”

Semua santri dan santriwati diam. Tampak mereka sungguh – sungguh akan mendengarkan pesan Kiayinya.

“Wahai sekalian muridku, hendaklah kalian mencontoh prilaku belut, labu dan ikan di laut. Dan janganlah kalian mencontoh prilaku kuda dan bunglon.”

Para santri dan santriwati tampak bingung. “Apa maksud perkataan Kiayi barusan, terangkanlah kepada kami.”

Baiklah, belut itu walaupun hidupnya di dalam lumpur, tapi, tetap bersih dan licin. Labu meskipun dengan batangnya yang kecil dan merayap ditanah, namun buahnya besar dan bermanfaat. Sedangkan ikan di laut, meskipun hidupnya di air laut yang asin, tapi, dagingnya tidak asin dan enak dimakan.”

“Bagaimana dengan maksud  kuda dan bunglon, Kiayi ?” Tanya salah seorang santriwati.

“Aku melarang kalian untuk meniru prilaku kuda dan bunglon karena kuda yang sudah lepas dari kandangnya tidak akan pernah tahu jalan pulang menuju kandangnya. Sedangkan bunglon, ia akan merubah corak kulitnya sesuai dengan tempat dimana ia tinggal. Apakah kamu sekalian faham ?”

“Insya Allah…” Seru semua santri dan santriwati.

“Alhamdulillah…”

Saatnya kini mereka berpamitan untuk meninggalkan pesantren yang mereka cintai tersebut.

== HIKMAH dan RENUNGAN==

Subhanallah, pesan yang lahir dari lidah seorang Kiayi yang taat dan tawadhuk sarat dengan makna dan nilai moral yang tinggi. Dimana pun kita berada, kapanpun waktunya serta dalam kondisi yang seperti apapun yang kita hadapi. Diri kita harus tetap suci dan bersih dari hal – hal yang dilarang Allah SWT. Itulah pesan dari prilaku belut.

Hidup ini bak roda yang senantiasa berputar dan terus berputar. KAdang berada diatas dan terkadang pula berada di bawah. Suatu ketika susah dan suatu ketika juga kita akan senang. Semua akan melewatinya seperti roda. Maka buatlah hidup ini senantiasa bermanfaat bagi orang lain dalam kondisi apapun. Yup, mari jadikan hidup kita berguna disaat susah, bermanfaat diwaktu senang. Itulah sehelai hikmah dibalik prilaku buah labu.

Mukmin yang benar imannya adalah bukan hanya ketika dihadpkan dengan kondisi kritis saja imannya tetap mekar dan berbunga. Akan tetapi alangkah indahnya saat dihidangkan sketsa kehidupan dalam bentuk kesenangan dan kemewahan, iman merka juga tetap tumbuh subur berbuah. Itulah setetes air hikma yang ada pada prilaku ikan dilaut.

Dunia adalah panggung ujian. Banyak yang berhasil menempuh ujian itu serta tidak sedikit pula yang gagal dalam ujian itu. Mereka gagal karena telah berpaling dari panduan yang telah Allah SWT tentukan, yakni Al-Qur’an dan AsSunnah. Hal inilah yang menyebabkan mereka keluar dari kebenaran dan sulit membedakan yang benar dan salah. Bahkan ada yang terus berlari dalam ketidaktahuannya. Tidak tahu dimana salah dan benar karena telah meninggalkan panduan hidup mereka. Akhirnya yang menjadi panduan sekaligus penuntun mereka adalah hawa nafsu. Sehingga apa yang baik menurut kasat mata dan di hati itulah yang akan diikuti. Hawa nafsu kadang menjadi Tuhan. Itulah sekelumit hikmah dari kuda dan bunglon. Semoga bermanfaat.

0 comments:

Post a Comment