Pesan Kiayai : Belajar Lurus di Mana pun Berada

Disebuah pesantren yang cukup besar yang terletak di sudut kampong serta jauh dari keramain.

KUE ASIDAH, Salah satu Kue langka yang sudah sulit ditemukan di masyarakat riau

KUE ASIDAH, Salah satu Kue langka yang sudah sulit ditemukan di masyarakat Riau

Shalat Dhuha, shalat Pembuka Pintu Rezki dan menjadi sedekah bagi persendian kita

Shalat Dhuha, shalat Pembuka Pintu Rezki dan menjadi sedekah bagi persendian kita, semoga kita bisa menjadi hamba Allah yang senantiasa melaksanakan Shalat Dhuha. Aamiin.

Akhlak Mulia Ciri Mukmin Sejati

“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Mahaindah dan mencintai keindahan. Dia mencintai akhlak yang tinggi dan membenci akhlak yang rendah.” (HR Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir)

Kehebatan dan Cinta Seorang Ayah

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

Tuesday, March 27, 2012

Sahabat Anda = Masa Depan Anda



Sahabat merupakan salah satu cerminan kita, dengan siapa kita bersahabat biasanya akan mempengaruhi pola fikiri dan sikap kita.

Sahabat sekalian dalam hidup ini pastilah kita membutuhkan teman, dan mempunyai banyak teman ialah yang sangat menyenangkan. Bahkan ada sebuah survey yang dilakukan terhadap remaja usia sekolah di Indonesia, dan menunjukkan bahwa 80% remaja bersemangat ke sekolah bukan karena pelajaran, guru atau suasana sekolah, tapi karena mereka mempunyai banyak teman dan sahabat. Maka sangat penting bagi kita untuk mempunyai banyak teman. Caranya dengan kita ramah pada setiap orang, membantu teman bila dibutuhkan dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi.
Dalam Islam Rasulullah pernah mengingatkan panduan dalam memilih teman, yaitu “agama Anda tergantung kawan Anda, maka perhatikanlah siapa kawan Anda” dan ini benar adanya, jika kita melihat betapa banyak lulusan pesantren yang ia begitu shalih saat di asrama tapi saat sudah keluar asrama mereka tidak ada bedanya dengan orang yang tidak ikut pesantren, mereka sudah terbawa arus pertemanan yang negatif. Dan Rasulullah juga mengingatkan bahwa bila kita bergaul dengan penjual minyak wangi maka kita akan terkena wangi nya, bila kita bergaul dengan tukang besi, maka kita kan terkena bau hangus besinya. Yang repot bila kita bergaul dengan tukang sedot WC maka kita akan kebauan??? Hehehe hanya bercanda sahabat sekalian. Maka siapa berteman dengan orang yang rajin maka ia akan ketularan rajinnya, siapa berteman dengan orang malas maka ia akan menjadi malas juga.
Hal ini dirasakan sendiri oleh penulis, saat penulis berada di kelas satu pada saat bersekolah di SMP Negeri di sebuah kota kecil di Lampung yaitu Metro. Dimana saat kelas satu teman-teman yang penulis punya tidak ada yang mempunyai semangat belajar yang tinggi, alhasil rapot cawu satu penulis ada dua angka merahnya dan “hebatnya” angka merahnya bukan lima sahabat, tapi empat, dua angka empat “menghiasi” rapot penulis saat itu dan ini berlangsung sampai kelas 2 SMP. Dan sebuah keajaiban terjadi saat pembagian rapot di kelas 2 untuk naik kelas 3.dimana tanpa di sangka dengan nilai yang seadanya penulis mendapatkan ranking ke enam di kelas 2. Dan pada waktu itu ada kebijakan sekolah bahwa, siapa yang berada pada peringkat delapan besar berhak masuk kelas unggulan di kelas tiga nya.
Maka saat itu penulis tersadar dan menyadari bahwa nanti di kelas tiga penulis akan bersama orang-orang pintar dari kelas lainnya, yang mereka terbiasa maju ke depan lapangan upacara untuk menerima penghargaan sebagai murid-murid terpintar di sekolah. Maka dengan seketika muncul sebuah niat untuk mendobrak keterbatasan diri, dan sejak saat itu penulis berjanji untuk berusaha mengimbangi mereka saat kelas 3. Dan Alhamdulillah saat kelas 3 ada sebuah kemajuan dimana penulis terpilih sebagai peserta lomba cerdas cermat Bahasa Inggris se kabupaten dan mendapatkan juara ke tiga. Dan puncaknya tanpa di duga-duga oleh berbagai pihak yang meremehkan penulis saat itu, dimana saat pengumuman hasil EBTANAS (evaluasi belajar tahap akhir nasional) penulis mendapatkan nilai terbesar ke dua di sekolah, dan akhirnya bisa masuk ke SMA unggulan di daerah Metro Lampung yang sekarang sudah menjadi sekolah RSBI (rintisan sekolah bertaraf internasional).
Itulah hikmahnya betapa pentingnya pengaruh teman dalam hidup kita, saat penulis berada dalam lingkungan pertemanan yang tidak mempunyai semangat belajar yang tinggi, maka penulis juga mengikuti iklim mereka. Tapi di saat penulis berada di kelas unggulan di mana para siswanya ialah mereka yang rajin dan semangat belajarnya tinggi maka hal itu menular ke penulis bahkan penulis bisa lebih sukses dibandingkan siswa yang lebih cerdas dari penulis saat kelas satu. Oleh karena itu penting mempunyai teman banyak, tapi jauh lebih penting mempunyai teman yang baik.

Wednesday, March 14, 2012

Pernyataan-Pernyataan Memilukan Tentang Jilbab


Oleh: sandylegia

1. “Jilbab itu kan dipake khusus buat shalat atau ke pengajian. Kalau di tempat umum ya mesti dibuka. Bego aja kebalik-balik”.
2. Tidak hanya sampai di situ, si A menyamakan jilbab dengan swimsuit. Pakaian itu penggunaannya bersifat situasional. Kalau mau pergi mengaji ya pakai jilbab. Kalau mau berenang ya pakai baju renang.  “Masa renang pake mukena,” tukasnya lagi. “Segampang itu kok nggak paham,”
3. A juga mengatakan pendapat yang bisa mengundang kontroversi, yakni tentang alasan orang beragama. “Kenapa orang beragama? 1) karena miskin; 2) karena rentan dan merasa terancam,” ujarnya…

Apakah ke tiga pernyataan itu benar??
Ilustrasi - Beberapa perempuan sedang memilih busana muslimah dan jilbab. (sahabatjogja.com)

Tentang pernyataan pertama; kewajiban berjilbab Allah utarakan dalam Al-Quran secara umum, tidak terikat dengan momen tertentu; khusus untuk di pengajian misalkan. Yang ada malah sebaliknya, ketika shalat diwajibkan, jilbab (menutup aurat) menjadi salah satu pakaian khusus (ketentuan khusus) yang tidak bisa tidak, harus dipakai saat shalat. Jadi, siapa yang kebalik-balik?? Yang benar itu dari umum ke khusus, bukan dari khusus ke umum.

Jilbab dan pakaian renang adalah perbandingan yang tidak jauh berbeda dengan perbandingan antara basket dan main catur, meskipun kedua-duanya sama-sama olah raga, tapi rule of the gamenya berbeda, jika Allah syariatkan jilbab untuk dipakai di semua tempat, maka pabrik pembuat pakaian olah raga membuat pakaian renang khusus untuk di tempat renang. Adat manusia juga tidak membenarkan adanya seseorang yang ceramah di atas podium dengan memakai pakaian renang bukan? sebaliknya, tidak ada seorang pun yang protes jika seorang wanita berjilbab mengisi seminar di depan orang banyak, justru sebaliknya, akan banyak yang protes jika wanita tersebut memakai pakaian “ala kadarnya” ketika mengisi seminar.

Tentang pernyataan ketiga: justru kenyataan yang terjadi saat ini adalah, orang miskin tidak sedikit yang stress, gila. Kenapa gila? salah satu faktornya karena tidak beragama. Agama bukan pabrik yang di situ ada untung rugi materil; yang beragama kaya, yang tidak miskin! tidak selalu begitu. Yang beragama aman dari ancaman, yang tidak, selalu terancam, tidak selalu juga! Yang tepat adalah, kebanyakan orang menjadi begitu religius karena SADAR, sadar akan adanya pencipta, sadar akan adanya nikmat surga dan siksa neraka, sadar akan dirinya yang bukan siapa-siapa. Beda loh, sadar dengan terancam!!

Kesimpulan
Dengan memakai jilbab berarti sudah menunaikan  perintah Allah dan akan dicatat sebagai amalan kebaikan, namun sebaliknya jika melanggar akan dicatat sebagai amal keburukan dan dosa.
Setidaknya, jilbab adalah salah satu indikator akan kesadaran beragama seorang wanita. Jilbab tidak mengekang wanita, yang ada malah menjaga, namun terkadang sebagian memaknai menjaga dengan mengekang. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk berfikir benar, bukan hanya bagus dan sensasional. 

Wallahualam bis shawab.

Memaknai Sebuah Kesuksesan


Sukses merupan impian semua orang, namun tidak semua orang merasakan bagaimana pahitnya perjuangan untuk meraih kesuksesan.
Terkadang mereka hanya melihat ketika sesorang itu sukses, tanpa melihat bagaimana perjuangannya meraih kesuksesan itu.

Tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan, tidak ada kesuksesan tanpa kebangkitan diri, tidak ada kebangkitan diri jika tidak mengalami kegagalan, kesuksesan itu adalah rangkaian kegagalan yang kemudian diikuti dengan kebangkitan. Tak ubahnya kemenangan pun demikian. Setiap orang memiliki sejarah dan perjalanan yang berbeda. Namun pastinya ada duka sebelum suka, ada sedih sebelum gembira, dan ada gagal sebelum sukses. Begitu pun sebaliknya ada suka sebelum duka, ada gembira sebelum sedih, dan ada sukses sebelum gagal. Kita merasakan dan pernah mengalami berbagai warna kehidupan.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al Baqarah 286)
“Kita menyadari bahwa kegagalan itu pahit. Kita tahu begitulah rasanya kegagalan”. (Anis Matta)
Namun hidup kita bukanlah untuk tenggelam setelah kegagalan mendatangi kita. Tapi kita harus bangkit dan menyiapkan awak kapal baru dengan layar yang lebih besar untuk kembali mengarungi lautan kesuksesan. Rahasianya ialah karena kegagalan itu ibarat biji padi yang ditanam yang menghasilkan buah biji baru lebih banyak. Begitulah Anis Matta menyampaikan dalam salah satu karyanya. Dari kegagalan lahir ketawadhuan, dari kegagalan lahir kedekatan dengan Rabb, dari kegagalan lahir kebangkitan, dari kegagalan lahir pembenahan dan dari kegagalan lahir kesuksesan. Setelah kesulitan pasti kita dapatkan kemudahan.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al. Insyiroh 5-6)
Sebahagiaan orang banyak yang mengutuk kegagalan sebagai musibah, namun kita harus lebih memikirkan dan menanamkan dalam diri untuk memandang berbagai warna hidup dengan jiwa besar dan penalaran yang dalam.

Dalam banyak buku biografi orang-orang besar dan sukses, kegagalan itu justru menjadi hiasan dari kesuksesannya. Periode dimana momentum kompetensi untuk menuju sukses. Sejarah pun mengatakan hal sama bahwa bangsa dunia ini erat sekali dengan kejatuhan-kejatuhan dan kebangunan bangsa. Rasulullah SAW pernah mendapatkan kegagalan dalam pelayaran dakwahnya. Ketika beliau gagal dari mekah kemudian habsyah, thaif akhirnya sampai di madinah dan Allah menghendaki Islam mendapatkan kemenangan di sana.

Father of economics atau akrabnya Ibnu khaldun, menulis sebuah buku yang kini menyejarah dan menjadi referensi cendekiawan muslim dunia,muqaddimah yang kebanyakan orang tidak tahu ternyata sesungguhnya buku itu merupakan hasil kegagalannya sebagai praktisi politik. Siapa sangka Albert Einstein menemukan teori relativitas yang kini banyak dipelajari di sekolah dan para ilmuwan, pernah gagal mengatur waktunya dalam belajar. 

Thomas Alva Edison yang kita kenal sekarang salah satu ilmuwan besar dunia, hanya mengenyam pendidikan sekitar 3 bulan, dan secara fisik memiliki kelainan pendengaran, gagal mendapat kepercayaan dari pihak sekolahnya. Siapa sangka akhirnya menjadi seorang genius. Guru Beethoven menyebut Beethoven sebagai seorang komposer yang tidak mempunyai harapan. Rodin si pengukir legendaris, pernah 3 kali gagal masuk sekolah seni. Alexander Graham Bell pernah disarankan oleh seorang pegawai bank untuk membuang “barang mainan itu” (baca telepon). Henry Ford (pembuat ford quadrycycle) pernah gagal dalam bisnis dan bangkrut sebanyak 5 kali. Itulah sedikit kisah yang menjadi momentum luar biasa dari perubahan. Lautan kegagalan menjadikan batu loncatan menuju pintu kesuksesan. 

Orang-orang sukses di bidangnya telah melewati deretan kegagalan yang bangkit dan lahirkan karya-karya monumental. Hasil adalah konsekuensi dari seberapa besar kita berusaha. Jika ingin mendapatkan ikan besar maka umpannya pun harus berkualitas, menginginkan juara berarti usahanya harus lebih keras. Kita lah yang menjalani siklus hidup, maka bangkit dan melejit lah.

Begitulah hidup, dimana banyak lembah yang harus di turuni. Begitulah sukses harus di titi dengan loyalitas dan pengorbanan. Bukanlah perjuangan bila ia tanpa halangan. Kegagalan merupakan sendi dari pembinaan jiwa dan mental. Demikianlah sunnatullah kesuksesan penuh dengan hiasan kegagalan. Namun secara penalaran lain kegagalan menjadikan karakter tersendiri yang membedakan, yang telah menjadikan gagal itu memiliki makna dan pemahaman tersendiri di dalamnya. Setiap orang pasti memiliki pemikiran sendiri mengenai makna kesuksesan. Tidak ada salahnya saya pun demikian memberikan pemaknaan.

Sukses memiliki dua dimensi, terikat dan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Dimensi duniawi dan ukhrawi. Dunia adalah ladang untuk kita mempersiapkan bekalan menuju akhirat. Sukses secara duniawi erat sekali kaitannya dengan seberapa banyak kekayaan dan hidup enak serta mewah, dimana tujuan dan cita-cita kita tercapai. Paradigma yang sudah mendarah daging di masyarakat. Memang itulah sukses dunia, dimana tujuan dan cita- cita yang di perjuangkan tercapai. Dimensi ukhrawinya yaitu kesuksesan yang akan kita nikmati dan rasakan di yaumil akhir kelak, dimana tercapainya tujuan dan cita-cita tertinggi kita yakni bertemu dengan sang Khaliq, Rasulullah SAW dan para syuhada yang telah berjuang di jalan Allah SWT. Kemenangan yang menjadi impian setiap orang. Seyogianya dimensi ukhrawi tidak bisa lepas dari duniawi, karena syarat untuk ukhrawi ada dan kita usahakan di dunia.
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q.s. Al-Hasyr: 18
Sukses dunia dan akhirat hakikatnya bisa diparalelkan. Artinya sama-sama mencapai dimensi falah atau kemenangan. Sehingga menciptakan hasanah dunia dan hasanah akhirat. Paralel yang dimaksud ialah sejalan. Karena ketika Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasad manusia dan lahir ke dunia, maka dari saat itulah kehidupan dunia dimulai. Seiring pelayaran kehidupan kita, maka akan banyak deretan deretan masa yang menyita hidup dan aktivitas kita. Hingga sampai kepada batas masa kerja yakni kematian. Kehidupan berikutnya ketika Allah membangkitkan kita kelak di yaumil akhir. Maka kehidupan akhirat di mulai. Ketika kehidupan dunia yang kita bawa berupa hasanah, tentunya insya Allah kehidupan akhirat akan membawa hasanah juga. Itulah parallel.

Makna sukses tidak hanya diukur dari seberapa besar sukses itu diinderakan. Hakikatnya Allah lah yang menghendaki dan menilai setiap langkah kita. Intinya kita usaha dengan maksimal untuk mencapai kesuksesan itu. Sukses itu ketika kita mampu sabar oleh ujian, sukses itu ketika kita mampu bermanfaat buat makhluk, sukses itu ketika kita mampu membuat orang lain sukses, sukses itu ketika kita tidak merasa sukses, sukses itu ketika dunia ada dalam genggaman kita dan surga dalam kerinduan kita, sukses itu ketika kebutuhan ruhiyah, fikriyah, jasadiyah terpenuhi dengan baik dan maksimal, kemudian puncak dari kesuksesan kita adalah ketika surga sudah kita injak langsung oleh kaki kita. Karena sukses sebelum kita mendapatkan syurga adalah sukses yang semu. Itulah yang menjadi rahasia kesuksesan generasi emas sahabat. Wallahu’alam.